Kehamilan Dengan Toksoplasma

Toksoplasma. Penyakit yang orang awam identikkan dengan hewan kucing.

Toksoplasma bukan virus, melainkan parasit, yang dapat berkembang biak dalam tubuh semua hewan berdarah panas. Jadi, kucing bukan hanya satu-satunya hewan yang menularkan toksoplasma ini.

Mengelus atau memegang hewan yang terjangkit toksoplasma, memegang feses hewan tersebut tidak akan membuat kita langsung tertular. Toksoplasma masuk ke dalam tubuh kita dengan cara oral. Tangan bekas memegang hewan atau kotorannya, tidak dicuci dengan bersih, lalu makan dengan tangan tersebut, otomatis parasit akan masuk ke dalam tubuh kita dan bersarang.

Tapi, apakah menghindari menyentuh hewan dan kotorannya bisa menghindarkan kita dari toksoplasma?

TIDAK. Memakan daging setengah matang atau mentah dari hewan yang terjangkit toksoplasma (misalnya steak setengah matang atau telur setengah matang) juga bisa menyebabkan parasit masuk ke dalam tubuh kita. Begitu juga dengan konsumsi susu mentah dan sayur atau buah yang tidak dicuci dengan bersih, yang kebetulan bersentuhan dengan tanah yang mengandung parasit toksoplasma. Jadi, lalapan atau rujak buah yang bahannya tidak dicuci dengan bersih dapat membawa parasit toksoplasma masuk ke dalam sistem tubuh kita.

Bagaimana kita tahu kalau kita memiliki parasit ini? Satu-satunya cara adalah dengan melakukan tes darah. Dengan tes darah, kita dapat mengetahui kadar toksoplasma dalam tubuh kita, tingkat antibodi kita untuk meredam parasit ini, dan juga mengetahui apakah toksoplasma dalam tubuh kita sedang aktif atau tertidur (infeksi baru di bawah 4 bulan atau infeksi lama yang sudah lebih dari 4 bulan.)

Tanda-tanda orang dengan toksoplasma sangat mirip dengan flu; hidung berair seakan pilek, kadang ada batuk kering, pernapasan yang kadang terasa mengganggu seperti sedang pilek. Apabila imun tubuh sedang rendah, bisa juga merasakan pegal-pegal dan nyeri otot seperti flu yang sudah akut. Namun semua itu akan hilang setelah beberapa hari atau minggu pada saat imun tubuh sudah lebih kuat. Toksoplasma tidak akan pernah bisa keluar dari sistem tubuh kita, parasit ini hanya akan tertidur dan tidak aktif apabila imun tubuh kita kuat. Tetapi apabila kita terus-menerus mengkonsumsi makanan yang terjangkit parasit ini dan tidak menjaga kebersihan tubuh, toksoplasma bisa aktif kembali dan apabila terjangkit pada wanita yang merencanakan kehamilan atau sedang hamil, akan menaikkan persentase timbulnya kelainan pada janin.

Apakah kehamilan dengan toksoplasma semenakutkan itu?

IYA dan TIDAK.

IYA apabila si ibu baru terjangkit toksoplasma aktif pada saat mengandung atau usia parasit di bawah 6 bulan sejak terjangkit. Toksoplasma akan beredar di darah, dimana darah merupakan satu-satunya transportasi makanan dan oksigen dari ibu ke janin. Begitu toksoplasma menembus plasenta, maka persentase janin mengalami infeksi akan sangat besar. Infeksi pada janin akan berbeda-beda tergantung kapan si ibu terjangkit toksoplasma, trimester pertama, kedua atau ketiga.  Pada trimester pertama dan kedua, chance toksoplasma menembus plasenta memang kecil, namun efek yang ditimbulkan apabila menembus plasenta jauh lebih berbahaya daripada trimester ketiga; seperti hidrocefalus, kelainan kelenjar, kelainan cairan tulang belakang, kelainan mata, hal ini disebabkan karena pada fase trimester pertama dan kedua, sistem kekebalan pada bayi belum berkembang, sehingga mereka sangat rentan terjangkit penyakit yang masuk ke sistem tubuh si ibu. Pada trimester ketiga, persentase toksoplasma masuk ke plasenta sangat besar (60-90%) namun efek yang ditimbulkan apabila janin terjangkit adalah yang paling minimal di dalam list efek toksoplasma pada janin. Namun, bukan berarti toksoplasma pada saat kehamilan tidak menyebabkan keguguran pada janin, hal itu mungkin saja terjadi apabila si ibu tidak sadar dirinya terjangkit dan tidak ada pengobatan selama 40 minggu dia mengandung.

Toksoplasma pada kehamilan TIDAK semenakutkan apabila si ibu sudah terdeteksi di awal kehamilan, melakukan pengobatan sesuai anjuran dokter dan mengatur pola hidup sehat supaya imun tubuh si ibu membantu memerangi parasit toksoplasma dan mencegah sebisa mungkin supaya parasit tidak menembus plasenta dan menjangkit si janin.

Saya, hamil dengan toksoplasma yang terdeteksi di awal kehamilan. SPOG akan menganjurkan saya melakukan tes darah lengkap dan urin di awal kehamilan. Memang biayanya tidak murah dan 7 tabung darah yang harus diambil hari itu bukan sesuatu yang mudah dilalui. Pada saat menerima hasil dan tertulis disana bahwa saya positif toksoplasma. Saya bingung dan panik. Browsing di internet mengenai toksoplasma pada kehamilan hasilnya menemukan fakta mengerikan dan tidak menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di kepala saya;

“Apakah bayi saya pasti akan terjangkit toksoplasma?”

“Bagaimana mencegah supaya bayi saya tidak terjangkit?”

“Tahu darimana si bayi terjangkit atau tidak?”

“Saya harus bagaimana apabila terlanjur hamil dengan toksoplasma positif?”

“Tahu darimana bayi saya akan baik-baik saja atau misalnya terjangkit, tahu darimana efeknya seperti apa?”

“Apakah saya bisa sembuh dari toksoplasma ini?”

Saya sungguh-sungguh ketakutan karena kehamilan ini adalah sesuatu yang saya dan suami sudah nantikan sejak tahun lalu. Bagaimana kalau saya yang menyebabkan bayi ini lahir dengan cacat atau meninggal di dalam kandungan?

Setelah menerima hasil, saya mengirim whatsapp hasilnya kepada SPOG saya dan beliau dengan sigap menelepon dan menjelaskan apa yang terjadi pada saya dan tentang hasil tersebut. Beliau mengatakan tidak perlu panik atau ketakutan berlebih, semua akan dipantau dan semoga setelah masuk pengobatan, toksoplasma tidak akan menembus plasenta bayi untuk sekarang dan ke depannya.

Malam itu juga, suami saya mencari obat yang dianjurkan oleh SPOG kami. Ada 3 macam antibiotik yang beliau tawarkan untuk saya:

Rovamycin 3iu
Spiradan 500mg
Spiramycin 500mg

Bedanya apa? Semua kandungannya sama, mengandung antibiotik spiramisin. Yang membedakan adalah kualitas si obat itu, 2 teratas (Rovamycin dan Spiradan) merupakan obat premium, yang ternyata sudah sangat langka dan tidak diproduksi lagi (kalaupun ada dijual di pasaran, hati-hati palsu atau memiliki jangka expiry date yang pendek) karena pada saat itu, saya sudah sampai menghubungi perusahaan yang membuat dua obat tersebut dan mereka menyatakan memang sudah stop produksi, yang kemudian SPOG dan apoteker di rumah sakit saya memberikan info yang serupa.

Opsi saya sisa Spiramycin 500mg dan akhirnya saya mengkonsumsi obat tersebut selama 5 bulan kehamilan (Januari – Mei 2017.)

Ada efek samping dari konsumsi antibiotik terus-menerus selama kehamilan?

Efek samping dari kimiawi yang masuk ke tubuh pasti ada, efek samping pada janin seminimal mungkin karena memang SPOG tidak akan meresepkan obat yang berbahaya untuk janin namun efek minimal itu tidak sebanding apabila bayi terjangkit toksoplasma yang tidak diobati. Yang jelas antibiotik ini menyerang asam lambung saya sehingga selama mengkonsumsi obat ini, mual saya dobel setiap harinya. Sudah mual karena “morning sickness” ditambah mual karena antibiotik ini, yang harus diminum tiap 8 jam sekali. Efek spiramisin bisa berbeda pada tiap orang dan dokter menjelaskan bahwa Spiramycin 500mg ini merupakan obat generik yang penyerapannya tidak sebaik Rovamycin atau Spiradan, sehingga menyebabkan rasa mual berlebih pada saya.

Lalu bagaimana selama 5 bulan saya terapi antibiotik? Selain mual berlebih sepanjang hari dan perut perih karena asam lambung yang selalu naik tiap habis minum obat, saya juga harus tetap makan makanan bergizi dan minum air yang banyak, serta melakukan tes darah setiap 1 bulan untuk mengecek kadar prosentase toksoplasma yang ada di dalam tubuh saya. Boros? Mahal? Bikin cape? Malesin? IYA. Tapi demi si bayi di dalam perut, saya dan suami sudah bertekad akan memperjuangkan apapun demi si bayi. Apa yang saya alami bukan apa-apa kalau pada akhirnya membuahkan hasil baik untuk kehamilan saya.

Dari Januari sampai Mei itu, dokter mengharuskan saya melakukan 3x tes darah tiap 2 minggu sekali, untuk mengecek apakah toksoplasma saya ini infeksi lama atau baru. Karena pada saat tes darah pertama tidak dapat diketahui karena titer (nilai) kadar toksoplasma hanya ditulis range-nya saja, bukan jumlah yang exact. Yang ditakutkan adalah apabila pada waktu tes darah pertama ternyata saya baru saja terjangkit. Pada tes pertama juga tidak dilakukan tes antibodi. Pada tes kedua, 2 minggu setelah saya mengkonsumsi antibiotik, titer saya terlihat sangat tinggi namun disitu terlihat bahwa saya memiliki antibodi terhadap toksoplasma tersebut. Tes berikutnya dilakukan 1 bulan setelah saya mengkonsumsi antibiotik, hasil tes terlihat bahwa terjadi penurunan titer toksoplasma dalam tubuh saya dan antibodi saya masih sangat tinggi. SPOG menyimpulkan bahwa infeksi toksoplasma saya merupakan infeksi lama yang tidak akan mempengaruhi janin. Namun, ada baiknya nanti dilakukan tes USG 4D sebelum usia 20 minggu untuk lebih memastikan bahwa tidak ada efek yang terkena pada janin, terutama pertumbuhan mata, tulang belakang, otak dan tempurung kepala.

Hasil tes pertama (04/02/17):
IGG: Positif
Titer: >300
IGM: Positif
Index: 1.74

Hasil tes kedua (23/02/17):
IGG: Positif
Titer: 1225
IGM: Positif
Index: 1.45
IGG Avidity: High Avidity
Index: 0.529

Hasil tes ketiga (09/03/17):
IGG: Positif
Titer: 1075
IGM: Positif
Index: 1.46
IGG Avidity: High Avidity
Index: 0.488

Apa sih IGG sama IGM dan Avidity itu?

Simplenya IGG positif menandakan ada infeksi di dalam tubuh yang aktif/tidak, dilihat dari jumlah titernya. Apabila titer terus-menerus naik atau tetap, artinya infeksi tersebut masih aktif di dalam tubuh, IGG sendiri merupakan reaksi jangka panjang. IGM sendiri menandakan adanya infeksi dalam tubuh, biasanya IGM akan hilang atau bersifat tetap nilainya walau IGG turun atau naik. Hasil IGG negatif dan IGM positif biasanya menandakan infeksi yang baru. IGG Avidity itu sendiri merupakan kemampuan imun tubuh kita memerangi infeksi yang ada. Karena pada kasus saya Aviditynya tergolong HIGH, maka semakin jelas bahwa infeksi toksoplasma pada saya sudah berlangsung lama dan tubuh sudah membentuk antibodi terhadap toksoplasma itu sendiri. Namun karena IGG saya positif dan tinggi, otomatis IGM saya pun memiliki nilai positif, tapi dapat dilihat bahwa nilai IGM saya cenderung tetap dan turun dari tes pertama ke tes kedua. Artinya obat yang saya konsumsi bekerja efektif untuk menekan si toksoplasma dalam tubuh saya.

Pada bulan April, saya melakukan USG 4D dengan rasa deg-degan saat melihat layar USG. Namun semua rasa ketakutan hilang pada saat dokter mengatakan bahwa semua perkembangan bayi saya sempurna dan tidak ada efek toksoplasma pada janin. Artinya, memang toksoplasma saya benar-benar infeksi lama yang ada sebelum saya hamil dan tidak akan menjangkit bayi saya. SPOG saya memberi opsi stop antibiotik atau tetap melanjutkan sampai bulan ke 5 dan saya memutuskan untuk tetap mengkonsumsi, kenapa? Because my instinct tells me to.

Awal bulan Juli ini, saya melakukan USG 4D lagi untuk sekali lagi memastikan perkembangan si bayi dan nampak bayi saya berkembang dengan sempurna tanpa kurang suatu apapun dan itu benar-benar membuat saya bahagia. USG 4D yang kedua ini bukan keharusan, namun ini murni keinginan berdua dari suami dan saya, sekaligus penasaran sama muka si bayi yang di USG 4D pertama selalu ditutupi oleh tangannya.

Apa yang saya lakukan selepas konsumsi obat di bulan Mei? Detox. Iya, saya melakukan detox natural dengan menkonsumsi lebih banyak buah, sayur, air dan chia seed selama 21 hari atau 3 minggu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila mempersiapkan kehamilan atau pada saat hamil:

1. Tes darah! Ini sangat amat penting dan saya lalai melakukan ini pada saat mempersiapkan kehamilan. Bukan cuma toksoplasma yang bisa membahayakan kehamilan dan janin, ada Rubella, CMV, HIV/AIDS. Saya orang yang suka sekali makan daging dan telur setengah matang serta lalapan dan rujak buah. Apabila sering menkonsumsi makanan seperti itu, ada baiknya kita melakukan tes di awal persiapan kehamilan atau pada waktu sebelum atau awal pernikahan. Karena kita tidak pernah tau ada apa di dalam sistem tubuh kita.

2. Jaga asupan makan. Selama kehamilan, saya benar-benar lebih sering masak di rumah dan mencuci semua bahan masakan saya dengan lebih teliti. Sampai buah berkulit saya cuci dengan cairan pembersih buah dan sayur. Karena saya tidak mau ada infeksi toksoplasma baru masuk ke sistem tubuh saya selama kehamilan. Mengurangi makan di luar, apalagi yang di pinggir jalan atau yang kebersihannya patut dipertanyakan. Mengurangi asupan daging bakar, seperti sate atau panggang-panggangan, karena kita tidak pernah tahu apakah daging tersebut matang sempurna atau tidak, terutama sate yang seringnya disiram dengan bumbu/saus.

3. Jangan pelit atau malas tes darah atau melakukan yang dianjurkan oleh SPOG apabila memang setelah ditanya atau diriset penting demi mengetahui perkembangan si bayi atau kesehatan kita sendiri. Memang biaya kehamilan tidak sedikit yang harus dikeluarkan tiap bulannya. Konsultasi ke dokter dan biaya alat USG bisa bikin terkejut. Belum kalau ditambah vitamin dan obat yang harus dikonsumsi jika ada. Tapi, semua itu kadang harus dikorbankan demi bayi dan ibu yang sehat. Uang bisa dicari, pencegahan lebih baik daripada harus mengobati atau pengobatan berkepanjangan di kemudian hari.